PATHLOSS

Melawan lupa

Menggunakan aplikasi PATHLOSS ?? 

Cara mengoperasikan aplikasi Pathloss 

untuk mengetahui status link dari antenna telekomunikasi loss atau ada obstacle.



Pasti yang pernah atau sekarang lagi bekerja di Perusahaan telekomunikasi sebagian besar udah paham apa itu PathLoss. Buat yang belum tau, searching aja di mbah Gugel pengertian aplikasi Pathloss, hehee.

Oke nggak usah panjang lebar, langsung aja check it out !!!

  1. Pertama yang pasti buka dulu aplikasinya
Disini yang digunain aplikasi Pathloss versi 4.0. Seperti ini nih penampakannya 


 2. Masukin Nama Site, Longitude, Latitude, dan ketinggian Antenna

Di tahap kedua ini, cukup masukin Nama site, LongLat, ama ketinggian Antenna aja gan (diketik biasa) ntar otomatis kolom True Azimuth dan Calculated Distance (km) akan muncul angka dengan sendirinya seperti ini :


Nah yang ane  tanda merah itu contoh pengisiannya , tapi sewaktu mau ngisi kolom Longitude jangan lupa huruf "W" yang ada di belakang angka diganti dengan huruf "E" so pasangannya adalah huruf S (untuk Latitude) dan E (untuk Longitude). Sesudah ngisi Latitude Longitude, angka otomatis akan muncul pada kolom True Azimuth dan Calculated Distance (km).

       3.  Masuk Ke Perkiraan Permukaan antara 2 Site

Oke next Pilih dan Klik Menu "Module" yang ada di kiri atas lalu pilih dan klik "Terrain Data" maka akan muncul tampilan seperti ini


Setelah muncul tampilan kayak di atas, Klik menu "Operation" dan pilih "Generate Profil". Maka akan muncul box kecil di tengah kayak gini nih


Nah abis itu isi angka 0.002 pada kolom "Distance Increment (km)" dan klik "Generate". Terus secara otomatis lagi muncul seperti gelombang disertai box kecil ditengah


Buat ngilangin box yang ada di tengah, klik aja "Close". Nah gelombang yang muncul itu bukan gelombang tsunami , tapi itu adalah perkiraan permukaan antara 2 site yang kits cari atau lebih tepatnya kayak bukit-bukit gitu deh.

 4. Kasih Tambahan Obstacle

Langkah selanjutnya setelah kita ngilangin box kecil di tengah tadi, ente klik 2 kali pada kolom Structure bagian yang nomer 1 yang ada pada box kiri atas lalu akan muncul 3 pilihan yaitu : Single Structure, Range of Structure, Off Path Structure. Nah klik aja yang Range of Structure dan akan muncul box "Range of Structure" di tengah



Gambar di atas kita perjelas lagi tampilan box nya. Geser kotak atas ke kiri (ane kasih panah merah ke kiri) dan geser juga kotak yang bawah ke kanan (ane kasih panah merah ke kanan) jangan terlalu mentok kalau nggeser, sisain sedikit space aja yaa biar gak miss. Setelah itu isi angka 20 pada kolom ''Structure Height (m)" and then klik "OK". Nah akan muncul lagi tampilan baru seperti ini


Garis-garis berdiri berwarna hijau itu merupakan struktur pohon setinggi 20 meter yang udah kita masukin tadi pada kolom ''Structure Height (m)". Kegunaan dari tambahan pohon ini yaitu sebagai perkiraan tambahan obstacle agar Link antar Antenna benar-benar Loss tanpa halangan.

 5. Hasil Akhir LOSS or NOT

Oke lanjut langkah terakhir untuk melihat hasilnya. Pilih dan Klik menu "Module" lalu pilih "Print Profile" dan taaaarrraaatttttt inilah hasilnya :D


Nah gini penjelasannya , garis merah biru yang atas itu merupakan gelombang link dari 2 site tadi
yang kita masukin. Kayak contoh di atas, Sebelah kiri merupakan site HUT KEDIRI dengan ketinggian antenna 48 meter sedangkan sebelah kanan merupakan site BANDAR KIDUL dengan ketinggian antenna 40 meter dan keduanya saling memancarkan gelombang link.

Nah kalau gelombang link nya di atas garis pohon (yg berwarna hijau) itu berarti 2 Link itu dianggap LOSS tapi jika gelombang link nya ada yang masuk ke garis hijau maka dianggap TIDAK LOSS karena terkena obstacle (pohon) dan harus naikin tinggi Antenna lagi.

Oke sekian tipsnya semoga membantu terutama para pekerja Telekomunikasi dan untuk yang newbie semoga menjadi ilmu tambahan baru.

anggadwisaputro

2020-2022, Program Sinyal BAKTI akan layani 7.904 desa

JAKARTA (IndoTelko) - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) berencana akan membangun 7.904 BTS di wilayah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T), serta Lokasi Prioritas (Lokpri) sepanjang 2020-2022.

Dikutip dari dokumen Request for Information (RFI) yang diterbitkan BAKTI melalui situsnya, layanan Base Transceiver Station (BTS) 4G memiliki sumber dana yang berasal dari APBN (Rupiah Murni/RM).

Pengembangan layanan BTS dilaksanakan dengan skema pembangunan baru secara turnkey, yang mana aset infrastruktur jaringan tersebut akan dicatatkan atas nama Kementerian Komunikasi dan Informatika c.q. BAKTI.

12.500 desa mendapatkan layanan 4G

 


Pemerintah akan melakukan intervensi dengan menambah alokasi dana pembangunan Tower Base Transceiver Station (BTS) 4G di seluruh desa yang belum terjangkau layanan telekomunikasi. Dana APBN 2021 dan 2022 untuk pemerataan akses jaringan telekomunikasi 4G itu  akan melengkapi alokasi  Universal Service Obligation (USO).

“Ada sekitar 12.500 desa yang belum mendapatkan layanan 4G. Ini akan diselesaikan hingga akhir 2022,” ungkap Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Ismail pada sambutan ICTStand Sharing Session, yang berlangsung virtual dari Jakarta, Kamis (17/12/2020).

Upaya percepatan koneksi internet ke seluruh pelosok tanah air dilakukan dengan mempersiapkan infrastruktur agar operator telekomunikasi dapat melayani masyarakat hingga ke pelosok. Tidak cukup dengan intervensi APBN, pemerintah juga menyiapkan regulasi baru yang sudah dimasukkan dalam Undang-undang Cipta Kerja untuk memberikan ruang bagi industri berinovasi dalam mempercepat proses transformasi digital.

Ismail menjelaskan, selama bertahun-tahun, infrastuktur telekomunikasi dibangun oleh para pelaku usaha (operator telekomunikasi). Mereka sudah membangun ribuan kilometer jaringan serat optik dan ratusan ribu BTS. Namun, mengingat kini infrastruktur harus tersedia dimana-mana dengan kualitas yang terbaik dan biaya terjangkau, pemerintah harus melakukan upaya percepatan.

Bila biasanya pembangunan infrastruktur pasif dilakukan oleh operator telekomunikasi, melalui UU Cipta Kerja, pemerintah akan melakukan upaya lebih aktif untuk menyiapkannya. “Dengan berbagi kemudahan dalam perizinan, bila perlu ikut membangun infrastruktur pasif untuk mempercepat penggelaran jaringan oleh operator telekomunikasi,” jelasnya.

UU Cipta Kerja juga memungkinkan berbagai kemudahan dalam bentuk kerja sama, agar infrastruktur yang dibangun oleh operator telekomunikasi dapat dikerjasamakan satu dengan lainnya. “Tidak ada lagi aturan yang membatasi terjadinya kerja sama infrastruktur aktif,” uangkapnya.

Upaya pemerintah tersebut, guna mengantisipasi percepatan transformasi digital. Perubahan aktivitas dari ruang konvensional ke digital. Percepatan transformasi digital di industri 4.0 untuk mengantisipasi perubahan produksi dan pemasaran yang diperlukan, sehingga aktivitas dilakukan melalui ruang digital. 

Proses pertama transformasi digital dimulai dengan mendigitalkan informasi menjadi sebuah konten. Kemudian dilanjutkan dengan digitalisasi, yakni upaya memanfaatkan teknologi digital dalam berbagai proses aktivitas. Dalam dunia usaha, ini merupakan suatu tujuan untuk penghematan biaya dan membuka ruang revenue baru.( Komimfo) 

USO (Universal Service Obligation )


USO (Universal Service Obligation) merupakan bagian dari kewajiban Pemerintah dalam memberikan pelayanan universal di bidang telekomunikasi dan informatika kepada publik. Kewajiban pelayanan tersebut dilakukan untuk mengurangi kesenjangan digital di daerah khususnya daerah pedesaan, tertinggal, dan terluar, yang secara ekonomi sulit dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi komersial. Program Layanan USO selama ini diawali dengan layanan dasar (voice) hingga layanan data (internet) dengan kegiatan-kegiatan antara lain Desa Dering, Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dan PLIK yang bersifat bergerak (MPLIK). Pelayanan USO yang telah berjalan selama ini dilakukan dengan menggunakan model sewa layanan atau pengadaan barang jasa lainnya dari Penyedia USO.

Hingga saat ini, berdasarkan hasil monitoring evaluasi perkembangan layanan USO, dari sisi anggaran, realisasi rata-rata per tahun sampai dengan 2014 adalah 41%. Hal tersebut menunjukkan belum efektifnya pelayanan USO, maka untuk sementara layanan USO dihentikan (suspensi) guna mencegah munculnya potensi kerugian dari berbagai aspek.

Selama masa penghentian sementara, dilakukan langkah-langkah evaluasi dan rancang ulang (redesign) Program USO di tahun 2015. Esensi utama rancang ulang adalah tetap melanjutkan program eksisting namun merubah mekanismenya, yaitu tidak lagi bersifat “top down” dari pusat ke daerah tetapi dari daerah ke pusat yang juga disesuaikan dengan kebutuhan daerah, dan juga berbasis pada kebutuhan kementerian dan lembaga lainnya serta kelompok masyarakat. Selain itu, program USO masa datang tidak hanya mencakup pembangunan infrastruktur tetapi juga mencakup pengembangan ekosistem seperti  pemberdayaan masyarakat, pengembangan konten dan aplikasi. Konsep rancang ulang (redesign) juga bersifat “clustering”, yaitu sesuai dengan kondisi dan kesiapan masing-masing daerah. Untuk memudahkan  monitoring dan evaluasi, rancang ulang (redesign) Program USO melibatkan pula partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

 Rancang ulang (redesign) Program USO direncanakan selesai sampai tahun 2015. Pemerintah menyiapkan pula rancangan utama (Grand Design) Program USO dengan asumsi bahwa UU No.36 Tahun 1999 diganti dengan UU Telekomunikasi yang baru atau UU Konvergensi. Diantara isu penting yang dipertimbangkan pada legislasi  yang baru itu adalah model kontribusi USO yang disesuaikan dengan dinamika industri telekomunikasi dan informatika dalam pengembangan pembangunan infrastruktur serta ekosistem di daerah-daerah yang secara ekonomi kurang menguntungkan.

BTS Hotel Sebagai Konsep Baru Bagi Operator Jaringan Telekomunikasi Sellular




Sesuai dengan namanya maka maka kalau dijelaskan secara sederhana, hotel yang dimaksud adalah hotel yang penyewanya adalah BTS yang dimiliki oleh operator telekomunikasi cellular.

Seiring dengan peningkatan penggunaan ponsel dan data, kebutuhan akan kapasitas layanan yang lebih besar khususnya di daerah perkotaan yang padat, juga ikut meningkat. Operator cellular harus menambah lebih banyak jumlah antena cellular yang available bagi pelanggan untuk pemenuhan kapasitas yang dibutuhkan. Dibutuhkan lebih banyak antena cellular karena setiap antena cellular harus mengcover area yang sempit untuk meminimalkan interference antara cellular yang berdekatan.
Dibutuhkan satu sistem untuk menambah jumlah antena cellular tapi bisa menekan biaya untuk perangkat, lahan maupun sumber daya manusia. Belum lagi dengan regulasi Pemerintah Daerah yang semakin sulit dalam pemberian izin, komplein masyarakat, maupun sisi keamanan apabila harus membangun tower baru termasuk mempertahankan tower yang ada.

Konsep BTS Hotel, didasarkan pada kebutuhan operator cellular dalam memenuhi dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dengan mempertimbangkan belanja modal (CAPEX) dan biaya operasional (OPEX) apabila harus membangun BTS konvensional.
Sistem yang digunakan disebut teknologi Distributed Antenna System (DAS). Konfigurasi yang digunakan adalah mengumpulkan beberapa BTS (termasuk dari beberapa operator dengan berbagai teknologi) pada satu lokasi yang berfungsi sebagai BTS Hotel / Hub untuk melayani beberapa remote site (antena cellular yang disebar di beberapa lokasi dalam jangkauan BTS Hotel yang bersangkutan). Antara BTS dan masing-masing Remote Site akan dihubungkan dengan satu single fibre optik.
Konsep ini sebagai salah satu aplikasi jaringan FO dengan sistem Fiber to the Antenna (FTTA).



Diagram Konfigurasi BTS Hotel


BTS hotel berfungsi sebagai agregat bagi bebagai BTS dengan berbagai Teknologi (GSM, UMTS, LTE, CDMA, EVDO) yang dikumpulkan dalam satu lokasi dan disebut BTS Hotel. Tentu saja masing-masing BTS tersebut harus terhubung dengan operator induk mereka dengan jaringan jaringan fiber optik mereka sendiri.



Perangkat BTS Hotel akan terhubung dengan beberapa remote site (Antena Cellular) dengan sistem DAS, dengan demikian urusan uplink dan downlink otomatis akan dihandle oleh BTS Hotel. Remote site (node) yang tersebar dibeberapa lokasi bisa dijangkau sampai jarak 20km dan akan mewakili kepentingan dari beberapa BTS Tenant yang berkumpul di hub.
Secara ekonomis keuntungan yang didapat masing-masing operator yang menyewa adalah pemakaian bersama (sharing cost):
  1. Power (Pemenuhan kebutuhan listrik baik dari PLN maupun Genset dan Kebutuhan Rectifier akan jadi bagian dari BTS Hotel)·
  2. Shelter ( semua BTS akan dikumpulkan dalam 1 shelter atau ruangan yang berfungsi sebagai Hub, tidak perlu shelter sendiri maupun pondasi sendiri untuk area green field).
  3. Security dan Alarm System.
  4. Air Ventilating.
  5. Air Conditioning.
  6. Maintenance (Operator tenant tidak perlu lagi menyiapkan maintenance khusus di BTS hotel untuk mengontrol power shut down, mengisi solar ataupun memeriksa alarm, menghemat biaya transport dan jasa tenaga).
Dibanding dengan menyewa site colo maka BTS hotel tetap lebih hemat dan efisien.
Remote site antena juga mengurangi galian fiber optic yang berulang dalam satu kawasan, kawasan yang sudah dicover oleh BTS hotel tidak perlu lagi galian akses untuk masing masing operator.